Opini

TERJAGA terlebih dahulu bersama Matahari Terbit !

 

Oleh: Kornelius Abon
Ketua KPU Kabupaten Flores TImur
 

Dari 75 peserta Pendidikan Pemilih jelang Pemilu Nasional 2024, yang digelar KPU Provinsi NTT untuk pemilih Pemula di Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Jumad (21/10) ,cuma 2 orang saja siswa/siswa yang sudah berumur 17 tahun. Sebagian besar lainnya antara 15  dan 16 tahun usianya.

Siswa siswi ini dari 5 SMU/SMK di Kota Larantuka : SMAN 1 Larantuka, SMKN 1 Larantuka, SMAK Frateran Podor Larantuka, SMAK St.Darius Larantuka dan SMK Sura Dewa Larantuka.

Dalam kamus pemilu, mereka mereka ini kami sebut pemilih potensial Pemilu dan Pilkada. Pas hari H Pemilu Nasional 2024 yang jatuh pada Valentine Day, 14  Februari 2024 nanti, mereka ini nyoblos untuk pertama kalinya, memilih di antara para calon  pemimpin nasional dan daerah : Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusung Partai Politik/Gabungan Partai Politik, calon perseorangan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), DPR dan DPRD yang dicalonkan ragam Partai Politik peserta Pemilu.

Memandang penyelenggaraan Pemilu Langsung di Indonesia adalah salah satu pemilu terbesar dan terkompleks di dunia, dan catatan-catatan yang kami bikin dari kelas pendidikan pemilih ke kelas pendidikan pemilih sebelumnya, kami hari ini merasa punya tanggung jawab moral menanamkan benih-benih literatur tentang pemilu dan demokrasi kepada kaum milenial ini lagi sebagai bekal mereka untuk tiba pada waktunya di V-Day 2024 menggunakan hak pilih dengan cerdas dan ikut terlibat dalam proses pemilu menuju hari H.

Kami melakukan seleksi ,semacam seleksi tematik, bagi hal yang kami hendak sampaikan di sini menyangkut hubungan mereka dengan pemilu dan demokrasi ,tentang penyelenggaraan kehidupan bersama secara luas, dalam lingkup sosial politik.

Kami membawa mereka keluar dari zona "jendela  kelas" mereka, ke perspektif pemilu dan demokrasi yang kelihatannya tak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial setiap orang. Sebutlah ini semacam upaya melihat berbagai gejala dalam lingkup sosial politik dari perspektif di luar jendela ruang kelas mereka hari hari.

Fransiskus  Vincent Diaz, Anggota KPU Provinsi NTT tampil di panggung menjadi key note speake Pendidikan Pemilih hari ini.

Alumni SMAK Frateran Podor Larantuka,mantan anggota KPU Kabupaten Flores Timur ini menyertakan kumpulan tulisan pendek tentang pemilu dan demokrasi, tentang rakyat berkuasa (government of rule by the people), tentang pemilu sebagai musyawarah besar rakyat indonesia secara serentak.

Perspektif yang sengaja dibawa dalam seri pendidikan pemilih bagi pemilih pemula kali ini adalah perspektif berdemokrasi sebagaimana sifat burung bangau : suka berkumpul, gerakannya lembut, menghindari agresi dan benturan, tidak mengagung-agungkan tenaga.

Bagi kami, menanam benih demokrasi ke pemilih pemula yang relatif belum terkontaminasi dengan "reality show" turnamen pemilu yang berwarna-warnikan panorama politik identitas, kampanye hitam, hoax, money politik dan lain lain, sebagaimana  penghayatan terhadap Memori, proses, menjadi hal utama untuk menjaga mereka tidak terjerembab dalam politik atas nama identitas tertentu, atas nama kepentingan tertentu yang menebar kampanye hitam, money politik, dll  tetapi menjaga mereka menikmati  suasana  pemilu  yang bermartabat, kultur demokrasi yang menyatukan.

Kami membangun narasi demokrasi lewat pendidikan pemilih ini. Tetapi, kami menyadari seumuran mereka, mereka menyukai  suasana pemilu dan membiaknya demokrasi  yang mesti  "gaul dan fun".  Itu yang kami rasa aktual, setidaknya 2 jam bersama mereka hari ini.

Dari diskusi dengan mereka, mereka menyodor hal yang menggelitik : menurut mereka, zaman ini zaman makin kehilangan kehadiran dan naratif di bawah bayang bayang gempuran gadget, kawat digital.

Mereka bicara apa adanya yang mereka dengar, yang mereka tau. Isue tentang money politik saban kali pemilu, tentang situasi politik nasional, melambung begitu saja di sessi diskusi. Tapi tak lupa mereka bertanya prosedur ikut memilih, bagaimana nasib suara mereka nanti usai nyoblos, dan lai lain.

Diskusi bersama mereka tadi bagi kami menyerupai sintesa tubuh, teks, narasi dan kesadaran. Tentu saja, kami biarkan mengalir apa adanya, merajut dan membentuk dirinya sendiri.

Dalam doktrin demokrasi, mereka mereka adalah manusia bebas, independen yang berhadapan tatap muka dengan kekuatan-kekuatan elementer alam bebas, tapi mereka tidak semestinya terlibat dalam hubungan yang didasarkan pada ketergantungan dan dominasi.

Sekalipun anak anak ini terbiasa belajar disiplin paling dasar : bangun pagi -pagi, mengumpulkan nyali untuk mandir air dingin, melakukan beberapa hal, kemudian berangkat sekolah. Sebagian besar dari mereka terikat dengan disiplin ini.

Mereka-mereka ini, terjaga terlebih dahulu bersama matahari terbit,saban hari. Persis menuju Pemilu 2024, Pendidikan Pemilih hari ini ingin membawa mereka ke memori mereka tetap terjaga terlebih dahulu bersama matahari terbit !

# Pemilih Berdaulat
# Negara Kuat

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 184 kali