Selepas Apel Bendera memperingati hari Proklamasi ke 77 Republik Indonesia pada Rabu pagi, Rapat Singkat digelar. Ketua, KPU Kabupaten Flores Timur dalam arahan singkatnya membagi kami semua dalam beberapa Tim. Ada tim yang harus tetap di kantor untuk mengwal kegiatan Verifikasi Administrasi, ada tim yang harus bersiap untuk mengantarkan bingkisan ke Panti Asuhan dan ada juga tim yang harus tetap bersiap di Helpdesk manakala ada Parpol yang butuh asistensi, begitupula tim Pengamanan Dalam Kantor pun harus tetap berada pada meja tugas nya.
Menggunakan dua mobil Avanza, kami 10 orang berbagi ke masing-masing mobil yang bergerak perlahan namun pasti ke arah Timur menuju Panti Asuhan Adimister Dulionan, Yayasan Panca Duo Desa Mudakeputu Kecamatan Ile Mandiri, Flores Timur.
Suasana pagi itu memang spesial, penuh dengan semarak 17 Agustus. Tampak sepanjang Jalan, hilir mudik anak sekolah. Ada yang berseragam Merah Putih, ada juga yang mengenakan seragam SMP dan SMU. Tidak sedikit pula yang tampil dengan kostum Kebaya ciri Ibu-ibu dan Bapak-bapak di Flores Timur, dan yang laiinya mungkin saja masyarakat umum yang sedang melintas di jalan dan bertepi untuk menonton kemeriahan gelar Pesta Proklamasi di sepanjang jalan.
Sekalipun mobil yang kami tumpangi melaju dengan pelan, namun tidak terasa kami sudah sampai di gerbang Panti Asuhan. Dari luar, tampak pemandangan yang biasa saja. Bangunan Panti Asuhan terlihat seperti rumah masyarakat umum. Rumah tembok, jendela kaca dengan cat biru dan hijau yang mendominasi.
Seeorang wanita paruh baya dengan senyum hangat keluar menyapa dan langsung mempersialhkan kami masuk. Nama nya Ibu Emilia. Rupanya ibu Emilia sudah diberi informasi akan kunjungan kami hari ini.
Pemandangan yang jujur dan hangat, adalah melihat mereka ; anak-anak, remaja dan dewasa penghuni panti duduk beralas tikar. Ada dua anak yang hanya dengan posisi tidur namun menatap kami dengan senyum.
Data Disabilitas
Menjelaskan kunjungan kami, Fabianus Boli Uran, Anggota KPU Kabupaten Flores Timur yang membidangi Devisi Program dan Data mengatakan “Kami harap dapat data, berapa disabilitas yang punya hak pilih, disabilitas jenis apa sehingga minimal kita bisa bergerak”
Ibu Emiliana Dhato yang merupakan istri dari bapak Arnoldus Duli Uran Pendiri Yayasan Panca Duo, Panti Asuhan Adimister ini tidak langsung memberi jawab mengenai data disabilitas namun beliau terlebih dahulu menghaturkan banyak terima kasih karena KPU Flores Timur yang sudah datang berkunjung. “Karena cintamu semua membuat kami tetap berdiri” begitu yang dia sampaikan dengan nada suara penuh semangat.
Masih dengan suasana di ruang tamu, ibu Emilia mengisahkan bahwa ia masih ingat Pemilu 2019 lalu, saat KPU Flores Timur datang Sosialisasi. “Saya cek dokumen para guru di sini agar dokumen nya jelas. Pemilu kali lalu yang sudah punya hak pilih ada 17 orang. Sekarang bisa lebih termasuk mereka yang difabel”
Hak Pilih Disabilitas
Pasal 5 UU No 7 Tahun 2017 “Penyandang disabilitas yang memenuhi sayarat mempunyai kesempatan yang sama sebagai Pemilih, sebagai calon anggota DPR, sebagai calin anggota DPD, sebagai calon Presiden/Wakil Presiden, sebagai calon anggota DPRD, dan sebagai Penyelenggara Pemilu.
Saat kami sedang berdiskusi, anak-anak Panti Asuhan dengan tekun dan santun memperhatikan kami berbicara. Mereka terlihat tenang dan sopan seakan dalam lubuk sanubari, mereka paham apa yang kami bicarakan berhubungan langsung dengan hak-hak kaum difabel sebagai warga negara seperti ; hak partisipasi, hak mengakses pendidikan inklusif dan hak memilih dan dipilih.
Ibu Emilia pun berharap agar suara kaum difabel didengarkan. “Tolong kami difabel, suara kami didengar walau hanya tidur saja tapi itu juga suara Tuhan”
House Tour singkat
Karena waktu kami pun terbatas untuk kunjungan ini maka, kami mohon pamit. Namun nampaknya Ibu Emilia tidak ingin kami langsung pergi. Dia kemudian membawa kami untuk tour singkat di dalam bangunan Panti Asuhan. Bangunan yang dari luar tampak biasa seperti rumah warga ternyata di dalam nya cukup luas dan terdiri dari banyak ruangan : ruangan makan seperti aula kecil berukuran kurang lebih 8 x 7,5 meter, kamar tdur, dapur ukuran besar, dapur tradisional yang dilengkapi dengan banyak kayu bakar dan juga halaman belakang yang luas penuh dengan pohon yang rindang memberikan suasana panti yang sejuk.
Kurang lebih tiga puluh menit di Panti Asuhan Adimister ( Anak difabel, miskin, terlantar), mengantarkan bingkisan kecil dari KPU Kabupaten Flores Timur berupa beras, telur, susu dan sembako lainnya kami menjadi sadar bahwa kami tidak datang untuk memberi melainkan kami datang untuk memperoleh. Pengalaman berharga, dari dekat terlihat bahwa sekalipun difabel yang punya hak pilih dalam kondisi tidur pun, merdeka untuk gunakan hak pilih. Seperti yang dikatan ibu Emilia : “Dalam Kotak Suara semua bisa terjadi tapi kemenangan, Tuhan yang menentukan”
Pasal 448 UU No 7 Tahun 2017
Sebelum pulang, kami sempatkan untuk berfoto bersama. Penghuni panti sepertinya sadar akan kamera. Dan kami pun berpamitan. Seorang remaja penghuni panti asuhan, kepala nya berikat secarik pita Merah Putih dengan senyum terkembang di wajahnya membuka kan pintu gerbang agar mobil kami bisa lewat. Wajah nya yang tersenyum cerah seakan sadar bahwa kami akan kembali datang berkunjung, karena Pemilu diselenggarakan dengan Partisipasi Masyarakat.
Tirza